Minggu, 27 Maret 2011

pagelaran januari



Ketiganya, Ki Suparno Wonokromo (ketua Pepadi Sumsel), Ki Eko Wahyu (ketua Pepadi Muara Enim) dan Ki Budi Sulistiono (ketua Pepadi Lubuklinggau). “Lakon yang akan ditampilkan Gatotkoco Winisudo,” ungkap Ki Suparno Wonokromo, kepada wartawan koran ini, kemarin.
    Acara pelantikan dimulai sekitar pukul 20.00 WIB. Yang melantik pengurus Pepadi Sumsel periode lima tahun ke depan ini adalah Ketua Pepadi Pusat, Eko Cipto. Ada 300 tamu yang diundang. Mulai pengurus Pepadi kabupaten/kota hingga Gubernur dan para pejabat pemerintahan di Sumsel.
    “Kita berharap semua undangan bisa hadir,” katanya lagi. Sedangkan pementasan wayang kulit akan dimulai sekitar pukul 21.30 WIB. Ketiga dalang berkolaborasi lakon Gatotkoco Winisudo hingga jelang fajar.
    Bagaimana kisah lakonnya? Diceritakan Ki Suparno, lakon bermula dari Kahyangan yang menjadi kerajaannya para dewa. Di sana, terjadi goro-goro (huru-hara). Sebagai raja para dewa, Batara Guru bertanya kepada patih kahyangan, apa yang menyebabkan goro-goro itu terjadi.
    Sang patih bernama Batara Narada pun menjelaskan kalau huru-hara disebabkan karena ada manusia (Gatotkoco) yang bertapa di Gunung Kailoso. Pertapaan itu dimaksudkan karena Gatotkoco ingin menjadi rajanya para dewa. Ini tentu saja membuat Batara Guru marah dan melarang pertapaan Gatotkoco.
    Ia pun meminta Batara Durga untuk membunuh Gatotkoco. Batara Durga menyuruh raja dasar laut bernama Nogo Bagindo. Dalam pertarungan sengit, akhirnya Gatotkoco kalah dan karena kelelahan jatuh di Gunung Jamur Dipo, lalu pingsan.
    Kemudian, Gatotkoco ditolong Batara Narada dan dibawa ke kayangan. Di sana, Gatotkoco dihadapkan pada Batara Guru. Nasib Gatotkoco yang ingin menjadi raja para dewa ditentukan. “Pada akhirnya, Gatotkoco tidak jadi dibunuh. Bahkan ia akhirnya menjadi raja para dewa,” tukas Ki Suparno.
     Terkait pelantikan pengurus Pepadi Provinsi Sumsel, Ki Suparno Wonokromo yang dipercaya sebagai ketua lima tahun ke depan mengatakan, sudah punya rencana program kerja yang akan dilakukan nantinya. Salah satunya, menghidupkan dan mengembangkan seni perwayangan di Sumsel.
    “Kita akan coba lebih sering menggelar pertunjukkan wayang agar masyarakat Sumsel lebih tahu, kenal, menyenangi dan mencintai wayang sebagai salah satu kesenian yang ada,”bebernya. Kedua, saat ini kepengurusan Pepadi baru terbentuk pada tujuh dari 15 kabupaten/kota plus provinsi.
    “Nah, dalam lima tahun masa bakti kepengurusan Pepadi Sumsel, kita akan bentuk pengurus pada daerah-daerah yang belum punya pengurus,” cetus Ki Suparno. Ketiga, untuk meningkatkan kemampuan seni perdalangan di Sumsel, akan diadakan sarasehan/seminar dengan mengundang dalang-dalang top dari Jawa. Dalam kesempatan itu, para dalang akan berbagi ilmu. “Mungkin tidak bisa melebihi kemampuan mereka, tapi minimal bisa sama,”pungkasnya.
Sekretaris Pepadi Sumsel H Joko Imam Sentosa menambahkan kolaborasi tiga dalang ini memberikan arti bahwa ke depan Pepadi Sumsel ingin membangun seni pedalangan lebih luas. ”Kami akan gali potensi-potensi muda atau pedalang-pedalang cilik yang ada di Sumsel. Selain itu kami juga berencana untuk kembali menghidupkan wayang Palembang,” timpal Joko.
         Ditambahkan mantan Sekda Kota Lubuklinggau itu, agenda Pepadi Sumsel kedepan untuk menghidupkan Pepadi daerah kabupaten/kota. Mengingat saat ini masih berdiri enam kabupaten kota. Yakni Palembang, Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim, Lubuk Linggau dan Musi Rawas. “Selain itu, kami juga bergerak untuk menghidupkan sangar seni yang ada di kabupaten/kota tentunya bekerja sama dengan Pujasuma Sumsel,” pungkas pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Pujasuma Sumsel itu.  (46/mg42)

from www.sumeks.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar